Yuk Bercerita (The Power of Storytelling in Sales and Branding)

Masih ingatkah waktu kita kecil dulu mungkin orang tua, nenek, kakek, guru, atau temen-temen kita pernah menceritakan sebuah cerita misal ceritanya Sangkuriang, Malingkundang, Putri Salju, Pinokio atau cerita-cerita lainnya. Terus sekarang masih inget gak dengan cerita itu? Pasti mayoritas orang masih inget atau mungkin lupa-lupa inget, tapi yang pasti cerita-cerita itu akan terus nempel dan secara langsung ataupun tidak langsung memberi dampak. Tidak bisa dipungkiri ramainya objek wisata Tangkuban perahu salah satu penyebabnya adalah orang ingin melihat Gunung Tangkuban Perahu yang konon katanya dalam ceritanya adalah sebuah perahu yang ditendang oleh Sangkuriang.

Cerita menyebar layaknya virus ada dimana-mana, entah bagaimana caranya sebuah cerita bisa nyampe ke telinga kita. Kalau cerita itu menarik, orang yang mendengar akan secara sukarela mem-forward-nya kepada orang lain, tapi kalau gak menarik sih mending dikubur dalem-dalem aja…hehe. Cerita yang paling heboh akan dengan otomatis diceritakan berulang-ulang kali, yang paling gawat adalah cerita menempel seperti lem dan akan selalu diingat.

Marketing dan sales juga pada dasaranya adalah sebuah upaya “bercerita” tentang produk yang kita jual. Brand-brand seperti Harley Davidson, BreadTalk, Coca Cola, dan The Body shop adalah contoh brand-brand yang sukses “bercerita” kepada para konsumen. Siapa sih yang gak kenal sama Harley Davidson, motor gede, gagah, lambang kejantanan dan pasti semua orang khususnya cowo pengen banget menggeber tunggangan yang satu ini. Apalagi kalau pernah nonton film “Wild Hog” , film yang mengisahkan petualangan empat orang lelaki yang tergila-gila sama motor gede, orang yang pernah nonton film itu pasti selalu teringat dengan figur Harley-Davidson dan kisah-kisah unik nan lucu di dalamnya.

Berbeda lagi dengan BreadTalk konon katanya setiap rotinya memiliki nama dan cerita unik tersendiri. Kisah menarik juga terjadi di Nordstrom, dengan semangat no question-asked setiap customer yang mengembalikan barang tidak akan ditanya mengapa tapi langsung diganti. Suatu hari ada nenek-nenek yang bawa ban ke Nordstrom padahal Nordstrom nggak jualan ban, tapi karena berprinsip no question-asked nenek tadi mendapatkan uang ganti, dalam waktu singkat cerita itu menyebar ke seantero Amerika dan dalam waktu singkat keuntungan Nordstrom meningkat berkali-kali lipat. Lain lagi dengan cerita domino’s pizza yang sangat sensasional, bayangin coba kita pesan pizza kalo si pengantar pizzanya dateng terlambat barang sedetik, maka pizzanya gratis. Cerita ini lalu dengan cepat menyebar ke seantero Amerika dan langsung menempatkan Dominno Pizza menjadi Pizza papan atas di Amerika.

Storytelling in sales and branding

Nah setelah kita tau bertapa dahsyatnya cerita yang paling penting adalah bagaimana pemakain cerita tersebut di dalam sales dan branding?. Sebenarnya aplikasi storytelling bisa dibagi menjadi dua tujuan: internal dan eksternal. Tujuan internal jika cerita itu dimaksudkan untuk memotivasi karyawan sendiri, sedangkan tujuan eksternalnya apabila cerita dipergunakan untuk menjual kepada customer (mambangun kesan yang bagus di mata customer).

Untuk sales misalnya tujuan internalnya adalah untuk building sales culture, mencetak para sales force yang memiliki semangat juang yang tinggi dan pantang menyerah. Pastinya pernah ada dong contoh seorang salesman yang berprestasi selalu bersemangat, pantang menyerah, dan tentu saja jualannya banyak lalu karirnya pun melesat menjadi sales supervisor berprestasi, sampai menjadi kepala cabang berprestasi. Jadikan contoh sukses itu sebagai sumber motivasi dan inspirasi bagi sales force lainnya.

Sedangkan untuk tujuan eksternal, storytelling dapat dipakai untuk menarik dan meyakinkan konsumen. Sebagai seorang sales force yang handal kamu harus memiliki koleksi cerita yang lengkap dan menarik sehingga bisa enjoy ngobrol dengan customer. Sales force junior biasanya hanya mengandalkan product knowledge dan bahan presentasi, tetapi seorang salae force berpengalaman akan lebih mengandalkan storytelling untuk menyakinkan pembeli. Apakah itu kisah kepuasan customer lain yang telah membeli dan menggunakan produk kita, kisah dan pengalaman menarik dari customer lain selama menggunakan produk kita, ataupun kisah bagaimana perusahaan mampu memberikan solusi dan pelayanan terbaik kepada customer. Dan percayalah cerita ini mampu memberikan pengaruh yang besar terhadap keputusan pembelian seorang customer.

Untuk proses branding, nggak usah ditanya lagi deh tentang pengaruh storytelling terhadap sebuah brand. Brand-brand besar seperti Harley Davidson, BreadTalk, Coca Cola, dan The Body shop tumbuh menjadi brand legendaris karena storytellling yang selalu diceritakan oleh ratusan juta orang di dunia. Seperti cerita Body Shop yang selalu membela hak asasi manusia, banyak sekali kisah tentang bagaimana sang pendiri Body Shop bertualang ke berbagai belahan dunia, mengunjungi negara-negara berkembang untuk mencari bahan kosmetik yang dapat menolong petani-petani di Afrika. Cerita-cerita ini mampu membuat The Body shop menjadi sebuah brand yang sangat dikenal di dunia.

Untuk internal storytellling mampu menciptakan kebanggan yang kuat dari karyawan terhadap brand tersebut, coba bayangin gimana rasanya kalau kita mampu bekerja di perusahaan-perusahaan tadi, bangga gak?

Yuk Kita Praktekan
Nah, sekarang tinggal kita nih gimana caranya kita bisa meningkatkan penjualan melalui melalui storytelling ini. Tentunya akan banyak cerita-cerita menarik yang dapat kita sampaikan ke customer, tapi harus ingat cerita ini bukanlah sebuah janji-janji yang diobral ataupun fakta-fakta yang tidak sebenarnya karena ini akan menjadi boomerang buat kita sendiri kalau terbukti ceritanya boongan. Cerita haruslah disajikan secara jujur, manusiawi, tidak dibuat-buat tetapi mampu menarik dan membangkitkan mind, heart, dan spirit customer untuk berinteraksi dan memilih produk kita. Selamat mencoba untuk menciptakan amazing story..
Good Luck….

Leave a comment